Profil
Terlahir di tahun 1988 silam dengan nama Ahmad Thohir Muzakki di kota termuda dan dingin di Jawa Timur. Sebuah kota yang terkenal dengan Apelnya yaitu kota Batu. Nama sebenarnya adalah hasil patungan, diantaranya Ahmad Muzakki dari Ibu dan Thohir dari kakek buyutnya. Waktu kecil Ia sering dipanggil O'ing (dari kata Thohir akibat kecadelan sepupunya yang masih bayi). Lebih sering dipanggil Thohir atau Zakki pada waktu sekolah.
Sempat menjalani masa-masa bermain di TK Hajjah Mariam Kota Batu, dekat dengan rumah kakeknya. Lebih banyak menghabiskan masa kecil di lingkungan kakeknya, sementara Ayah dan Ibunya sama-sama mengajar di sekolah setiap hari.
MI Miftahul Ulum Kota Batu yang juga dekat dengan kediaman kakeknya, seakan masa kecilnya susah untuk lepas dan sudah terbiasa dengan lingkungan di sana. Bahkan ke jenjang SMP di MTs Hasyim Asy'ari Kota Batu pun masih dekat dengan lingkungan di mana kakeknya tinggal.
Baru setelah SMP seakan langsung dijauhkan dari kota kecil ini dan dilempar ke pondok pesantren di Sumenep Madura bernama TMI Al-Amien Prenduan. Akan tetapi Ia hanya bertahan 2 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke orang tuanya. Kemudian pindah ke MAN Malang II Kota Batu dan rela untuk duduk di bangku kelas 1, padahal kawan-kawan SMPnya sudah menginjak kelas 3 di sekolah itu. Kebetulan Ibunya juga mengajar di tempat yang sama.
Selepas SMA, Ia melanjutkan di sebuah Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i) Bussiness College Malang jurusan Informatika Komputer selama 2 tahun sampai dengan wisuda. Pada waktu semester akhir, Ia sempat bekerja di sebuah perusahaan advertising milik suami dari dosen LP3i waktu itu bernama Amang Advertising. Ia bekerja sebagai desainer. Berawal dari sebuah hobi mendesain dari kakaknya. Karena setiap harinya kuliah dan kerja, Ia merasa tidak kuat dan akhirnya memutuskan untuk konsentrasi pada perkuliahan. Apalagi pada waktu itu Ia sudah disibukkan dengan TA (tugas akhir).
Setahun kemudian Ia kembali bekerja di sebuah advertising ternama di kota Malang, yaitu Utero Advertising. Atas rekomendasi kawan sekelasnya, akhirnya Ia bekerja di sana juga sebagai desainer. Bertahan hanya 6 bulan dan memutuskan untuk membuka usaha studio foto di rumah bersama kakaknya. Kakak yang sudah menularkan virus fotografi yang sekarang dijalaninya. Selama setahun sebelumnya Ia sempat menganggur dan hanya menjadi pekerja freelance di rumahnya. Tapi setelah semua perlengkapan studio kecil-kecilan tersebut sudah siap, orang tua menginginkan Ia melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Perang batin muncul antara sekolah lagi dan tidak, karena di sisi lain Ia sudah sangat lelah bersekolah, Ia juga kurang percaya diri dengan usianya yang terpaut cukup jauh jika Ia memutuskan untuk sekolah.
Ternyata keinginan kedua orang-tuanyalah yang menjadi pemenang, hingga akhirnya sekarang menjadi seorang mahasiswa (lagi) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Fotografi sesuai hobinya. Sebelumnya Ia sempat mendaftar di jurusan Desain Komunikasi Visual, akan tetapi usahanya sia-sia dengan banyaknya saingan yang lebih berpotensi di bidang itu.
Sempat menjalani masa-masa bermain di TK Hajjah Mariam Kota Batu, dekat dengan rumah kakeknya. Lebih banyak menghabiskan masa kecil di lingkungan kakeknya, sementara Ayah dan Ibunya sama-sama mengajar di sekolah setiap hari.
MI Miftahul Ulum Kota Batu yang juga dekat dengan kediaman kakeknya, seakan masa kecilnya susah untuk lepas dan sudah terbiasa dengan lingkungan di sana. Bahkan ke jenjang SMP di MTs Hasyim Asy'ari Kota Batu pun masih dekat dengan lingkungan di mana kakeknya tinggal.
Baru setelah SMP seakan langsung dijauhkan dari kota kecil ini dan dilempar ke pondok pesantren di Sumenep Madura bernama TMI Al-Amien Prenduan. Akan tetapi Ia hanya bertahan 2 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke orang tuanya. Kemudian pindah ke MAN Malang II Kota Batu dan rela untuk duduk di bangku kelas 1, padahal kawan-kawan SMPnya sudah menginjak kelas 3 di sekolah itu. Kebetulan Ibunya juga mengajar di tempat yang sama.
Selepas SMA, Ia melanjutkan di sebuah Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3i) Bussiness College Malang jurusan Informatika Komputer selama 2 tahun sampai dengan wisuda. Pada waktu semester akhir, Ia sempat bekerja di sebuah perusahaan advertising milik suami dari dosen LP3i waktu itu bernama Amang Advertising. Ia bekerja sebagai desainer. Berawal dari sebuah hobi mendesain dari kakaknya. Karena setiap harinya kuliah dan kerja, Ia merasa tidak kuat dan akhirnya memutuskan untuk konsentrasi pada perkuliahan. Apalagi pada waktu itu Ia sudah disibukkan dengan TA (tugas akhir).
Setahun kemudian Ia kembali bekerja di sebuah advertising ternama di kota Malang, yaitu Utero Advertising. Atas rekomendasi kawan sekelasnya, akhirnya Ia bekerja di sana juga sebagai desainer. Bertahan hanya 6 bulan dan memutuskan untuk membuka usaha studio foto di rumah bersama kakaknya. Kakak yang sudah menularkan virus fotografi yang sekarang dijalaninya. Selama setahun sebelumnya Ia sempat menganggur dan hanya menjadi pekerja freelance di rumahnya. Tapi setelah semua perlengkapan studio kecil-kecilan tersebut sudah siap, orang tua menginginkan Ia melanjutkan kuliah di perguruan tinggi. Perang batin muncul antara sekolah lagi dan tidak, karena di sisi lain Ia sudah sangat lelah bersekolah, Ia juga kurang percaya diri dengan usianya yang terpaut cukup jauh jika Ia memutuskan untuk sekolah.
Ternyata keinginan kedua orang-tuanyalah yang menjadi pemenang, hingga akhirnya sekarang menjadi seorang mahasiswa (lagi) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Fotografi sesuai hobinya. Sebelumnya Ia sempat mendaftar di jurusan Desain Komunikasi Visual, akan tetapi usahanya sia-sia dengan banyaknya saingan yang lebih berpotensi di bidang itu.