Belajar Sabar



Hidup manusia itu susah-susah mudah. Menjalani hidup yang telah ditentukan dan digariskan oleh sang Pencipta kadang juga tak diindahkan lagi bagi hampir umat manusia yang kurang mampu menahan kesabaran. Apalagi saat ini, menjalani hidup sederhana dan apa adanya, tanpa menginginkan kehidupan mewah dan (katanya) menyenangkan.

Kesabaran tercipta ketika manusia mempunyai kesadaran diri yang kuat. Baik kuat dari segi lahiriah maupun batiniah. Dari kesadaran timbullah suatu kemauan dan keinginan. Dan keyakinan yang kuat pula akan menuntun mata hati manusia kepada kesabaran.

Ada yang berkata kalau kesabaran itu ada batasnya. Ya, mungkin sekali dan sering kali seseorang kehilangan kesabaran karena ia merasa sudah tidak ada gunanya lagi membendung emosi. Bahkan termasuk saya.

Kesabaran itu luas dan sangat mahal jika melakukannya dengan penuh keikhlasan. Sabar dalam hal kekurangan, tidak terlalu mengasihani diri sebagai seseorang yang serba kekurangan. Sabar menjalani aktifitas sehari-hari dan tidak semaunya sendiri dalam melakukan sesuatu. Sabar dalam hal menjalin hubungan sosial dengan sesama, selalu mendoakan yang baik kepada semua orang, termasuk orang yang sudah melukai hatinya.

Sabar untuk tidak terburu-buru dalam menyikapi sesuatu yang belum ditakdirkan untuknya, entah itu jodoh atau rejeki. Sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa dengan berusaha untuk lebih menghargai setiap nikmat keindahan.

Contoh dalam hal memimpin bangsa adalah sikap seorang pemimpin yang sabar untuk tidak melukai hati rakyatnya, serta menahan diri dari kekotoran hati dan sikap. Tidak melakukan suatu tindakan yang merugikan rakyatnya dengan mengkorupsi dan bertindak semena-mena atas nama jabatan bahkan agama.

Tanpa kesabaran, suatu hubungan sosial akan hancur. Karena kesabaran adalah salah satu kunci kesuksesan seseorang. Seperti kata pepatah arab yang pernah saya pelajari di pondok pesantren dulu, "Asshobru yu'iinu 'ala kulli 'amalin" yang artinya "kesabaran menolong setiap pekerjaan". Jadi apapun itu yang kita kerjakan dan rasakan bisa diredam dengan sebuah kesabaran. Tinggal bagaimana volume kita dalam hal bersabar menghadapi semua ujian hidup ini.

Mari kita hiasi hidup dengan kesabaran, walaupun terkadang emosi sering kali mengalahkan rasa sabar itu sendiri. Semoga masih bisa tersenyum ketika hati terlukai.